Bagaimana penulisan kalimat penutup surat undangan yang benar?
Dalam bagian penutup surat undangan sering kita temukan kalimat "Atas kehadiran Bapak, Ibu, Saudara, kami ucapkan terima kasih."
Sudah betulkah kalimat tersebut untuk mengisi bagian penutup surat undangan?
Untuk mengetahui benar- tidaknya kalimat tersebut, kita dapat menganalisisnya dari dua segi, yaitu struktur kalimat dan penalaran.
Dari segi strukturnya, kalimat tersebut sudah merupakan kalimat yang lengkap. Kelengkapan kalimat itu dapat kita lihat dari jabatan yang terdapat dalam kalimat tersebut.
Kalau diuraikan menurut jabatannya, " Atas perhatian Bapak, Ibu, Saudara,
( pelengkap ), kata
" kami " ( objek pelaku ), "ucapkan" ( predikat ), dan "terima kasih" ( subjek )
Akan tetapi, kalau dilihat dari segi penalarannya, kalimat tersebut tidak masuk akal. Mengapa?
Dalam surat undangan, orang yang mendapat undangan belum hadir. Masa, orang yang diundang orang belum hadir, pengirim surat sudah mengucapkan terima kasih? Mestinya, ucapan "terima kasih atas kehadiran Bapak, Ibu, Saudara itu," disampaikan apabila orang yang diundang sudah hadir. Itu namanya ucapan terima kasih yang " prematur". Agar menjadi kalimat yang logis, kata
" kehadiran" diganti dengan kata " perhatian". Harapannya setelah menerima surat, si penerima surat memberikan perhatian.
Selain itu, kata " ucapkan" harus diubah menjadi " sampaikan" karena bahasa yang digunakan dalam surat adalah bahasa tulis.
Dengan uraian tersebut,
kalimat yang benar dari segi struktur dan logikanya adalah" Atas perhatian Bapak, Ibu, Saudara, kami sampaikan terima kasih."
Mengapa kata " ucapkan" juga diganti menjadi kata
" sampaikan"? Karena bahasa yang digunakan dalam surat adalah bahasa tulis.
Semoga bermanfaat!
Minggu, 26 April 2020
Kamis, 23 April 2020
Ramadhan Awal
Ramadhan awal
Kala itu senja kan jelang
Kenakan baju putih
Tuk hampiri keturunanmu
Berpeluk mesra penuh kasih
Hadirmu bawa keteduhan,
Suaramu nyanyikan semangat juang
Gerak langkahmu berikan teladan
Sebelum kau pulang
Sekian lama kau tiada
Sebulan kita bisa bercengkrama
Sisakan amanat tertunda.
Tergantung dipundak
Tertunduk, tak kuasa angkat kepala
Mulut terkunci , Menetes air dipipi
Teriak terasa berat
Bicara saja di dalam hati
Maaf belum bisa terlaksana!
Kala itu senja kan jelang
Kenakan baju putih
Tuk hampiri keturunanmu
Berpeluk mesra penuh kasih
Hadirmu bawa keteduhan,
Suaramu nyanyikan semangat juang
Gerak langkahmu berikan teladan
Sebelum kau pulang
Sekian lama kau tiada
Sebulan kita bisa bercengkrama
Sisakan amanat tertunda.
Tergantung dipundak
Tertunduk, tak kuasa angkat kepala
Mulut terkunci , Menetes air dipipi
Teriak terasa berat
Bicara saja di dalam hati
Maaf belum bisa terlaksana!
Senin, 13 April 2020
ILMU
Melihat wajahmu begitu enggan menatapnya
Kulirik kulitmu begitu halus
dengan penuh rasa enggan
Kucoba terus kudekati dan berusaha taklukanmu
Mata, pikiran
dan konsentrasi ku curahkan padamu
Panjang betul kau uraian segala yang kau punya
Kau tumpahkan uraian detail dari bab ke bab secara
runtut
Setelah ku selami ternyata kau begitu menyimpan banyak
pengetahuan
Misteri yang jadi pengetahuan buatku
Engganku berubah menjadi keasikan
Malasku kembali bangkit setelah kubuka helaian demi
helaian
Tak bosan cumbui, dirimu Setiap jengkal kulitmu
Jemari berhenti temukan makna tanpa henti
Berpeluh keringat temukan ilmu berserak
Kupinang dirimu dan kubawa masuk ke dalam pikiranku
Menyatu dijiwa dan ragaku,
bersamamu melangkah menjadi ringan, tak gentar hadapi
masalah
Gelisah tiada lagi, selalu nyaman bersamamu
Lihatlah…..
Mereka dari berbagai penjuru mencarimu
Berseragam sekolah, bersarung berpeci apaun yang
mereka kenakan
Mereka tak merasa lelah, tak merasa bosan, terus
belajar, tentang apa saja demi ilmu
PENCARI TERANG
Mendung bergelayut
Berhari, berbulan, bertahun habiskan waktu
Duduk dibangku, setingkat-setingkat, ditapaki
Bertumpuk sertifikat belum hasilkan apa-apa
Bersama datangnya hujan
Berlari, mencari keteduhan dapatkan rizki
Belum juga temukan yang pasti
Orang seperti apa yang dibutuhkan di negeri ini?
Tembok birokrasi terlalu tinggi
Tuk segera dapatkan legalisasi
Seperti hanya sebuah mimpi
Harapan untuk mengabdi, ikut membangun negeri
Hujanpu telah reda, namun senja berganti malam
Secercah cahaya nampak dari kejauhan
Berlomba lagi menggapai cahaya harapan
Berbondong-bondong, semua…
Berubah seperti laron pencari kerja
Tetap berusaha mencari Nomor Induk pegawainnya
Kepakan sayap, berputar putar
Berputar-putar, berputar putar
Sampai sayapnya lepas satu, sayapnya lepas satu
Berkerumun, bergandengan mengikuti temannya, dan
akhirnya pulang.
Ketika Matahari terbit, yang ada tersisa sayap-sayap
harapan
Dan segera hilang disapu angin seiring datangnya
siang.
KESOMBONGANMU
Dikerumuni teman sejati
Berkolusi tak taat perintah guru
Lalaikan tugas sekolah mengajak teman adu nyali,
untuk jaga gengsi, walau temannya ada yang mati
Merasa kuat, bacok sana bacok sini karena punya dekeng
POLISI
Dicoba diperbaiki, tak hasilkan putusan pasti
Orang tua seharusnya menasehati, datang terkesan
melindungi
Menuding, Sekolah lah yang salah tak mampu berikan
pendidikan yang mumpuni
Lembaga disudutkan, dikerdilkan dirampas oleh ketidak
sadaran orang tua
Namun…
Gagahmu tiada lagi
Gagahmu tak tampak lagi
Kekayaanmu, kekuasaanmu tak mampu cetak ijazah
Sesali diri tiada arti, waktu telah berganti
Apapun yang kau miliki
Tak berarti.
ANGKASA
Termangu
Menatap Bintang
Diangkasa Bergetar
bibir lirih berdoa,
khusyuk
yang nampak
diantara
kerut tua wajah
Melangkah
terbang, semua,
berusaha
diraih, semua tinggal harapan, angan yang tinggi terkait
Menggantungkan
cita cita dilangit, kaitkan asa penuh harap kelak
Untuk semua
mimpi
si buah
hati bercucur peluh mengalir darah, deras mengucur
Gontai
Lelah, terbalut keriput samar
dengan
garis tanganmu tak mampu menatap lama
pada buah
hati tersenyum tidur
Cahaya
terang bintang jatuh
Tak mungkin
terkabulkan doa seperti kebanyakan tahayul
“Ibumu Akan
perjuangkanmu, Tanpa Bapakmu”
Muh. Herdi
Sigit Iswanto
082143660674
ANGKASA
Termangu
Menatap Bintang
Diangkasa Bergetar
bibir lirih berdoa,
khusyuk
yang nampak
diantara
kerut tua wajah
Melangkah
terbang, semua,
berusaha
diraih, semua tinggal harapan, angan yang tinggi terkait
Menggantungkan
cita cita dilangit, kaitkan asa penuh harap kelak
Untuk semua
mimpi
si buah
hati bercucur peluh mengalir darah, deras mengucur
Gontai
Lelah, terbalut keriput samar
dengan
garis tanganmu tak mampu menatap lama
pada buah
hati tersenyum tidur
Cahaya
terang bintang jatuh
Tak mungkin
terkabulkan doa seperti kebanyakan tahayul
“Ibumu Akan
perjuangkanmu, Tanpa Bapakmu”
Langganan:
Postingan (Atom)