Minggu, 26 April 2020

SURAT UNDANGAN RESMI

Bagaimana penulisan kalimat penutup surat undangan yang benar?

    Dalam  bagian  penutup surat undangan sering kita temukan kalimat "Atas kehadiran Bapak, Ibu,  Saudara, kami ucapkan terima kasih."
   Sudah betulkah kalimat tersebut untuk mengisi bagian penutup surat undangan?
    Untuk mengetahui benar- tidaknya kalimat tersebut, kita dapat menganalisisnya dari dua segi, yaitu struktur kalimat dan penalaran.
      Dari segi strukturnya, kalimat tersebut sudah merupakan kalimat yang lengkap. Kelengkapan kalimat itu dapat kita lihat dari jabatan yang terdapat dalam kalimat tersebut.
Kalau diuraikan menurut jabatannya,  " Atas perhatian Bapak, Ibu,  Saudara,
( pelengkap ), kata
 " kami " ( objek pelaku ), "ucapkan" ( predikat ), dan "terima kasih" ( subjek )
    Akan tetapi, kalau dilihat dari segi penalarannya,  kalimat tersebut tidak masuk akal. Mengapa?
Dalam surat undangan, orang yang mendapat undangan belum hadir. Masa, orang yang diundang orang belum hadir,  pengirim surat sudah mengucapkan terima kasih? Mestinya, ucapan "terima kasih atas kehadiran Bapak, Ibu, Saudara itu," disampaikan apabila orang yang diundang sudah hadir. Itu namanya ucapan terima kasih yang " prematur". Agar menjadi kalimat yang logis, kata
" kehadiran" diganti dengan kata " perhatian". Harapannya setelah menerima surat, si penerima surat memberikan perhatian.
   Selain itu, kata " ucapkan" harus diubah menjadi " sampaikan" karena bahasa yang digunakan dalam surat adalah bahasa tulis.
   Dengan uraian tersebut,
kalimat yang benar dari segi struktur dan logikanya adalah" Atas perhatian Bapak, Ibu, Saudara, kami sampaikan terima kasih."
Mengapa kata " ucapkan" juga diganti menjadi kata
" sampaikan"? Karena bahasa yang digunakan dalam surat adalah bahasa tulis.
    Semoga bermanfaat!

Kamis, 23 April 2020

Ramadhan Awal

Ramadhan awal

Kala itu senja kan jelang
Kenakan baju putih
Tuk hampiri keturunanmu
Berpeluk mesra penuh kasih

Hadirmu bawa keteduhan,
Suaramu nyanyikan semangat juang
Gerak langkahmu berikan teladan
Sebelum kau pulang

Sekian lama kau tiada
Sebulan kita bisa bercengkrama
Sisakan amanat tertunda.
Tergantung dipundak

Tertunduk, tak kuasa angkat kepala
Mulut terkunci , Menetes air dipipi
Teriak terasa berat
Bicara saja di dalam hati
Maaf belum bisa terlaksana!

Senin, 13 April 2020

ILMU


Melihat wajahmu begitu enggan  menatapnya
Kulirik kulitmu begitu halus
dengan penuh rasa enggan
Kucoba terus kudekati dan berusaha taklukanmu
Mata,  pikiran dan konsentrasi ku curahkan padamu

Panjang betul kau uraian segala yang kau punya
Kau tumpahkan uraian detail dari bab ke bab secara runtut
Setelah ku selami ternyata kau begitu menyimpan banyak pengetahuan
Misteri yang jadi pengetahuan buatku

Engganku berubah menjadi keasikan
Malasku kembali bangkit setelah kubuka helaian demi helaian
Tak bosan cumbui, dirimu Setiap jengkal kulitmu
Jemari berhenti temukan makna tanpa henti
Berpeluh keringat temukan ilmu berserak

Kupinang dirimu dan kubawa masuk ke dalam pikiranku
Menyatu dijiwa dan ragaku,
bersamamu melangkah menjadi ringan, tak gentar hadapi masalah
Gelisah tiada lagi, selalu nyaman bersamamu

Lihatlah…..
Mereka dari berbagai penjuru mencarimu
Berseragam sekolah, bersarung berpeci apaun yang mereka kenakan
Mereka tak merasa lelah, tak merasa bosan, terus belajar, tentang apa saja demi ilmu

PENCARI TERANG



Mendung bergelayut
Berhari, berbulan, bertahun habiskan waktu
Duduk dibangku, setingkat-setingkat, ditapaki
Bertumpuk sertifikat belum hasilkan apa-apa

Bersama datangnya hujan
Berlari, mencari keteduhan dapatkan rizki
Belum juga temukan yang pasti
Orang seperti apa yang dibutuhkan di negeri ini?

Tembok birokrasi terlalu tinggi
Tuk segera dapatkan legalisasi
Seperti hanya sebuah mimpi
Harapan untuk mengabdi, ikut membangun negeri

Hujanpu telah reda, namun senja berganti malam
Secercah cahaya nampak dari kejauhan
Berlomba lagi menggapai cahaya harapan
Berbondong-bondong, semua…
Berubah seperti laron pencari kerja
Tetap berusaha mencari Nomor Induk pegawainnya
Kepakan sayap, berputar putar
Berputar-putar, berputar putar
Sampai sayapnya lepas satu, sayapnya lepas satu
Berkerumun, bergandengan mengikuti temannya, dan akhirnya pulang.
Ketika Matahari terbit, yang ada tersisa sayap-sayap harapan
Dan segera hilang disapu angin seiring datangnya siang.

KESOMBONGANMU


Dikerumuni teman sejati
Berkolusi tak taat perintah guru
Lalaikan tugas sekolah mengajak teman adu nyali,
untuk jaga gengsi, walau temannya ada yang mati
Merasa kuat, bacok sana bacok sini karena punya dekeng POLISI
Dicoba diperbaiki, tak hasilkan putusan pasti

Orang tua seharusnya menasehati, datang terkesan melindungi
Menuding, Sekolah lah yang salah tak mampu berikan pendidikan yang mumpuni
Lembaga disudutkan, dikerdilkan dirampas oleh ketidak sadaran orang tua
Namun…
Gagahmu tiada lagi
Gagahmu tak tampak lagi
Kekayaanmu, kekuasaanmu tak mampu cetak ijazah
Sesali diri tiada arti, waktu telah berganti
Apapun yang kau miliki
Tak berarti.

ANGKASA





Termangu Menatap Bintang
Diangkasa Bergetar bibir lirih berdoa,
khusyuk yang nampak
diantara kerut tua wajah
Melangkah terbang, semua,
berusaha diraih, semua tinggal harapan, angan yang tinggi terkait
Menggantungkan cita cita dilangit, kaitkan asa penuh harap kelak
Untuk semua mimpi
si buah hati bercucur peluh mengalir darah, deras mengucur
Gontai Lelah, terbalut keriput samar
dengan garis tanganmu tak mampu menatap lama
pada buah hati tersenyum tidur
Cahaya terang bintang jatuh
Tak mungkin terkabulkan doa seperti kebanyakan tahayul
“Ibumu Akan perjuangkanmu, Tanpa Bapakmu”
Muh. Herdi Sigit Iswanto
082143660674

ANGKASA




Termangu Menatap Bintang
Diangkasa Bergetar bibir lirih berdoa,
khusyuk yang nampak
diantara kerut tua wajah
Melangkah terbang, semua,
berusaha diraih, semua tinggal harapan, angan yang tinggi terkait
Menggantungkan cita cita dilangit, kaitkan asa penuh harap kelak
Untuk semua mimpi
si buah hati bercucur peluh mengalir darah, deras mengucur
Gontai Lelah, terbalut keriput samar
dengan garis tanganmu tak mampu menatap lama
pada buah hati tersenyum tidur
Cahaya terang bintang jatuh
Tak mungkin terkabulkan doa seperti kebanyakan tahayul
“Ibumu Akan perjuangkanmu, Tanpa Bapakmu”