Anggapan siswa tentang pelajaran sastra itu mudah ternyata salah, justru pada saat
siswa menghadapi ujian atau tes tentang sastra kebanyakan para siswa merasa bingung
untuk menjawab soal. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sastra bisa
dikatagorikan gampang-gampang susah.
Balajar sastra harus dengan perasaan, menggunakan hati, jangan setengah,
siswa harus kita ajak mencintai terlebih dahulu apa itu sastra sebenarnya.
Di sekolah pembelajaran
sastra hakikatnya adalah mengenalkan kepada siswa untuk mengambil pengajaran
dari sastra yang dipelajari di sekolah.
Hubungan bahasa dengan Sastra Indonesia pada dasarnya
serupa dua sisi mata sekeping uang logam. Keduanya saling ketergantungan, tidak
dapat dipisahkan atau berdiri sendiri. Sastra merupakan sistem tanda yang
mempunyai makna dengan bahasa sebagai mediumnya (Prodopo, 1995).
Bahasa sendiri tidaklah netral, sebab sebelum jadi anasir
dari bangunan karya sastra, bahasa telah memiliki arti tersendiri (meaning)
berdasarkan konvens i bahasa tinggkat pertama melalui pembacaan heuristik.
Rendahnya
minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya sastra di
sekolah, setidaknya disebabkan oleh 4 hal, yaitu:
a.
Keseragaman Kurikulum
Kurikulum yang disusun pusat hanya ada satu macam.
Kurikulum itu berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah yang
terpencil dan tertinggal. Sekolah dan para guru tidak diberi pilihan atau
kemungkinan untuk menyusun kurikulum sesuai dengan potensi dan kekayaan
daerahnya yang jelas berbeda dengan daerah lain. Selain itu, materi bahasannya
sangat banyak. Guru diharuskan melaksanakan kurikulum sesuai dengan target
kurikulum dan harus diselesaikan oleh guru dalam pembelajaran. Hal -hal
tersebut menyebabkan mati dan tenggelamnya kreativitas dan inovasi para guru.
b.
Pembelajaran "Teacher-Center"
Proses pembelajaran yang terjadi di kelas pada umumnya
model Teacher-Center (berpusat pada guru), bukan Student Center (berpusat
pada murid). Model pembelajaran ini pasti menyebabkan interaktif yang rendah.
Guru cenderung hanya melakukan trans fer pengetahuan yang
ada padanya. Cara ini, melelahkan guru, membosankan siswa, interaksi rendah,
siswa hanya pendengar dan penghafal saja.
c.
Beban Administrasi Guru
Selama ini guru disibukkan oleh pers iapan
administrasinya. Seharusnya beban administrasi dikurangi, lalu diganti dengan
tugas membaca buku-buku yang mendukung pembelajarannya. Adanya porsi membaca
buku yang lebih banyak ternyata berpengaruh besar terhadap wawasan guru dan
siswa. Guru yang memiliki pengetahuan luas akan
memberi
dampak besar bagi kemajuan murid. Ia dapat memberi arahan dan pendampingan bagi
murid-muridnya untuk maju dan berkembang.
Guru
yang tidak mau menambah wawasannya hanya dapat memberi kontribusi kecil bagi
kemajuan anak didik.
d.
Kelas Kurang kondusif
Semakin besar jumlah siswa dalam satu kelas, semakin
tidak efektif kegiatan pembelajaran. Semakin kecil kelas , semakin efektif
kegiatan pembelajaran. Dengan kelas kecil, guru dapat memberi perhatian penuh kepada
siswa. Metode pembelajaran dapat dilakukan secara variatif interaktif, aktif
dan kreatif. Siswa dapat terlibat penuh dalam pembelajaran.
Inovasi
Manajemen Kelas
Dalam menciptakan suasana kelas yang nyaman dan
menyenangkan guru dapat memanfaatkan berbagai media misalnya Tape Recorder,
OHP, LCD, maupun VCD, yang memutar pembacaan puisi, cerpen, pergelaran drama,
atau film yang kental unsur sastranya. Sekali-kali guru juga dapat mencoba
menghadirkan sastrawan lokal atau nasional di kelas untuk langsung berdiskusi
dengan para siswa. Jika ada masalah berkaitan dengan dana (pengadaan media atau
mengundang sastrawan) pihak pengelola sekolah harus membantunya.
Peran pihak sekolah tentunya harus lebih banyak dalam
mendukung kegiatan bersastra bagi peserta didiknya. Anak didik kita akan lebih
senang bila pembelajaran bersastra dilakukan tidak hanya sekedar teori membahas
pengertian dan hafalan konsep, sekolah harus lebih banyak memfasilitasi peserta
didik kita dengan kegiatan lomba-lomba menulis sastra, sehingga mereka
termotivasi untuk berkarya menulis cerpen atau puisi.
Dalam hal ini sekolah bisa melaksanakan setahun sekali di
bulan oktober bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Kegiatan lomba bisa saja
bertemakan bulan bahasa dan sastra.
Pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar harus
berorientasi pada kebutuhan siswa dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan
siswa, sehingga siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana
berkomunikasi yang akan memperkaya wawasan berpikir dan berekspresi.
Dalam hal pelajaran menulis cerpen atau kegiatan menulis
puisi kita sebagai guru harus kreatif mencarikan seting tempat yang ideal bagi
siswa untuk menciptakan cerpen atau puisi di tempat terbuka, tidak hanya pembelajaran
menulis cerpen atau menulis puisi berkutat di dalam kelas yang hanya terbatas
pada pandangan ruangan kelas yang kotak yang menumpulkan ide siswa dalam
menuangkan ide atau gagasan yang akan dia tuangkan dalam sebuah karya yang akan
dia tulis.
Sebaiknya guru diberi kebebasan berkreasi mengembangkan
bahan ajar yang inovatif, menarik, menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan, dan
membangkitkan kreativitas siswa.
Seiring dengn kebijakan yang digulirkan pemerintah
tentang gerakan membaca di sekolah, ini bisa kita manfaatkan untuk mengembangkan
pembelajaran sastra. Tentunya ini tergantung dari semua warga sekolah yang
berniat betul-betul untuk mengembangkan peserta didiknya gemar membaca sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar