Senin, 10 April 2017

Bersetubuh dengan Waktu

Bersetubuh dengan Waktu


"Kamu ini gimana Mas, payah sudah tidak bisa mengerti akan kemauanku?! Begitu istriku teriak sambil meluapkan kekesalannya.
"Paham tidak sih apa yang sering kita diskusikan selama ini?. Mas juga kan yang mengajari Aku untuk membicarakan sebuah masalah itu harus dengan diskusi? Sekarang gimana mau berbicara tentang masalah kecil saja susah. Uh...pintarnya hanya menasehati!.
"Anak kita itu cuma mau menanyakan kabar?, Mas itu dimana sekarang?, Masih kerja atau sedang dalam perjalanan pulang kerumah?!. Di hubungi lewat telepon gak pernah ada jawaban, beri kabar kami yang di rumah dong...kita itu khawatir Mas....takut terjadi apa-apa sama dirimu Mas...."
Suara istriku mulai terdengar berat.
"Memang sepele bagi Mas, tapi anak-anak selalu bertanya dan aku bingung untuk menjawab apa? Lihat ga Arya itu dari tadi nongkrong di depan jendela rumah  menanti kedatangamu Mas, setiap ada suara mobil yang berhenti di depan rumah pasti dia terperanjat menduga itu adalah ayahnya.

Aku terdiam, menghela nafas dengan berat.
Ya Allah.....Aku Khilaf. Sambil terus telingaku mendengar apa yang istriku keluhkan, tak terasa air mataku mengalir membasahi pipi. Tak bisa berkata, tak mungkin kudebat kata-kata istriku.
Beberapa pagi hari yang lalu aku bersiap pergi ke kantor, sarapan ala kadarnya sambil menyapa anak-anaku, Arya dan Ara bercengkrama menanya tentang pertanyaan-pertannyaan sederhana.
"Buku pelajarannya sudah disiapkan belum Arya?" tanya ku sambil mengambilkan ikan bakar sarapan kesukaannya.
"Matematika yah, ih kemarin mah sama bu guru disuruh menghafal perkalian untung aku sudah menghafal jadi bisa."jawab Arya Penuh keceriaan.
besok kalau sekolah libur kita jalan-jalan ya Yah...sama ade, main ke kebun binatang, ade pingin sekali lihat gajah katanya, ya kan De," seperti mencari dukungan ke adeknya.
"Baiklah tenang besok pas libur Ayah akan antar kalian ke kebun binatang." Jawabku seperti memberikan sebuah harapan.
Horeeee mereka berteriak senang.
Dalam hati ku berjanji, keluarga akan selalu Aku prioritaskan yang utama, akan aku luangkan waktu demi Istri dan anak-anakku.

Sesampai di tempat kerjaan, sudah beberapa file pekerjaan menumpuk yang harus segera aku selesaikan. Aku duduk sebentar sebelum kuselesaikan file berkas yang sudah antri untuk aku pelajari. Aku melihat Agenda harianku begitu padat skedul jadwal yang harus aku jalani hari ini.
"Bos  sudah selesai" Suara yang sudah tak asing lagi d telingaku Arman asisten pribadiku.
"Belum Man" sambil mengambil beberapa file berkas yang akan aku tanda tangani.
"Mohon maaf Bos kalau bisa nanti malam Bos diundang untuk menghadiri peresmian anak cabang perusahaan kita di  luar kota" kata Arman " Ya Man pasti aku datang". Jawabku singkat. Arman pun berlalu dari hadapanku.
"Pamit Bos...selamat menikmati"
"Menikmati apa"
"Pekerjaan Tuh...."
"Dasar kamu"
Belum lagi sempet aku baca berkas file yang kedua Arman datang lagi, Wajahnya cengar-cengir seperti mengejek.
"Dipanggil Bos besar" Nampak Arman tersenyum mengejek.
"Ok" Jawabku tanpa memperhatikan Arman lagi karena aku sedang sibuk.

Kedekatan Aku dengan Arman asistenku memang seperti tidak ada jarak, Arman walaupun jauh lebih muda dibandingkan Usiaku dan Aku adalah atasannya, tapi kami selalu berbagi setiap ada masalah kantor ataupun keluarga. Sempat Aku cerita kepadanya tentang kesibukanku yang padat dan hampir nyaris waktuku terkuras oleh pekerjaanku.
Dia selalu mengatakan "Yang sabar Bossss".Kata itu yang selalu jadi andalan Arman kalau mendengar curhatan yang sering aku katakan kepada dia kerana begitu banyak masalah yang menghimpit di dadaku, dari mulai tuntutan ekonomi, mengurusi keluarga, menyelesaikan pekerjaan rumah, pekerjaan kantor sepertinya aku rasakan saat ini masalah itu semakin memuncak.
Dan Arman menjawab "Yang sabar Bosss".
Memang pekerjaan adalah tanggungjawab ku keluarga adalah tanggungjawabku, karir istriku kesehatan anak-anaku sudah menjadi keharusan bagi kepala rumahtangga untuk melakukan itu semua, Aku sadar betul tapi untuk kali ini mungkin Aku merasa lelah dan ini sepertinya sudah tidak bisa aku tahan dan tanggung sendiri.
"Bos cepat keruangan Bos besar" Arman tiba-tiba muncul.
Aku terperanjat, baru sadar kalau aku sedang di tunggu di ruangan Bos besar.
Segera aku bergegas menuju kantor ruangannya. 
Berbeda perasaanku hari ini, padahal sudah sering aku menghadap atasanku tapi ini ada perasaan yang membuat perasaan diriku cemas dan membuat jantungku berdegub kencang.
Betul adannya bos sudah memasang wajah garang, dia bertanya tentang beberap hal yang terkait dengan persiapan pembukaan anak cabang perusahaan. Celaka jawaban yang aku berikan belum memuaskan dia.
Begitu pula pada saat di bertanya tentang kemajuan perusahaan, dia pun tidak mendapatkan hal jawaban yang memuaskan, karena memang setelah pergantian pemerintahan baru perkembangan perusahaan kami malah sulit untuk maju. 
"Ya sudah balik ke ruangan, selesaikan pekerjaannya" Begitu kata Bos atasanku dengan wajah dan penampilan yang masih menunjukan kemarahan.
"Yang sabar ya Bos" Arman mengatakan kata itu setelah berpapasan dengan ku di Lobi bawah.
Ah Arman walaupun dia selalu sederhana mengucapkan kata-kata kalau dimaknai secara dalam betul adannya, Aku memang harus banyak bersabar.
Cepek, lelah badanku, tenaga serta pikiranku sepertinya harus rebahan dulu, entah mimpi atau apa Handphone ku berbunyi kuabaikan itu.....
Entah berapa lama aku terlelap, yang jelas lampu kantor sudah pada nyala...
Kulihat disekelilingku, rekan kerja sudah tidak berada di tempatnya.
Bergegas aku akan pulang aku meraih hp ku, dan menyempatkan untuku membuka dan membaca takutnya ada pesan yang masuk.
Ya ampunnnnnnn di log panggilan masuk istriku menelpon sebanyak 25 kali dan aku tidak mendengar suara hp ku, dan ada beberapa pesan singkat dari istriku yang menanyakan kabar aku, sudah makan belum?, kapan pulang?, sedang dimana?.
Ohhhhh aku khilaf aku tak menghiraukan sama sekali istriku, pekerjaanku terbengkalai, keluargaku terabaikan.
Kulangkahkan kaki untuk menuju pulang.
Sempat bertemu dengan ahmad di taman kantor, kebetulan  lembur, sengaja aku suruh, dengan senyum khas dia pun berkata....Yang sabar bosss.
Sedih rasanya hari ini.
Dan benar adanya sesampainya dirumah istriku mengingatkan Aku kenapa waktu yang begitu banyak tidak sempat untuk mengangkat telepon, membalas SMS, dan memberikan kabar.
Hanya penyesalan yang dalam di hatiku; Aku tidak bermaksud menyepelekan keluarga mengabaikan pekerjaan dan mentelantarkan anak-anak.
Sambil berlalu dari hadapan istriku aku bergegas menuju ruangan tidur anak-anak mereka sudah pulas tertidur, capek menunggu kehadiranku.





Tamat






Tidak ada komentar:

Posting Komentar